Rabu, 09 November 2011

Mengapa Wanita Memerlukan Pria

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYKf2KZe5KacxJardibTvk9IGxfzMdXG8zuX88rkfJLAzsFvNG64INpUySGR73Ta-bqeA71zAdqO7cMHrNW24e1V7lUzYKSBNuK-YG-E_jOw9pp5hthykNbn-UwX9UyX5FdE5OP1LU9oWH/s320/Alasan+Kenapa+Wanita+butuh+pria.jpg
Wanita tidak selalu membutuhkan pria, tetapi wanita dan pria saling membutuhkan, cinta itu anugerah.

Mengapa wanita membutuhkan pria di dalam hidupnya? Untuk beberapa waktu dahulu, ia begitu memukul-mukul kepala.

Ya, apa perlu seorang wanita yang bebas mempertaruhkan sebagian besar hidupnya pada tangan seorang pria?

Bukankah lebih hebat jalan dihujung minggu bersama teman rapat, berkenyit-kenyitan mata kepada pria ganteng yang saling tidak putus dan tidak lepas senyum tanda salam perkenalan.

Cinta tidak datang dipaksa-paksa. Cinta tidak juga datang kala kita menginginkannya. Jika kita menginginkan ia menjadi air, ia datang seperti api.

Tetapi, jika kita bersabar dan menerima ketentuan Tuhan, seorang pria yang baik akan didatangkan kepada kita juga. Pria yang baik itu tidak turun dari langit.

Pria yang baik itu juga bukan berarti dengan kepala berketayap, janggut selambak atau harta membuak-buak.

Tetapi pria yang baik, jika Tuhan menginginkan dia menemani kita sepanjang hayat, membimbing perilaku kita, menjaga kemurnian kalbu bersama-sama, mendidik, membuka jalan agar kita dapat memperdalam seluk beluk agama yang barangkali selama ini hanya menjadi pakaian dan lencana, dan memberikan kita keturunan yang halal lagi dirahmatiNya.

Dia akan datang karena pensiun. Lambat atau cepat, maafkan saya, karena Allah itu yang lebih mengetahui.

Kawan, kedatangan seorang pria dalam kehidupan seorang wanita seperti manusia kudung yang diberikan kembali sebelah kakinya. Dia menyempurnakan kita.

Namun, tidak kira semasyhuk apapun perkasihan dua jenis kelamin, selain hal yang cantik-cantik dan molek-molek, kita, wanita, harus siap menerima kehodohan-kehodohan hubungan.

Karena saat kita mempersilakan seorang pria duduk di samping kita untuk seumur hidup, berarti kita harus langsung juga mempersilakan sekian masalahnya berbaring di bahu kita.

Karena itu tidak heran jika kita mendengar ada di antara kita, gadis, yang merungut-rungut karena tanggung jawabnya terhadap kebutuhan hidup pria tidak juga berkurang meskipun belum menikah.

Ya, pria memang mendatangkan bahagia.

Tetapi pria juga mendatangkan sengsara. Namun jika kita bijak menatangnya, semuanya pasti baik-baik saja. Itulah adat dalam hubungan. Yang buruk-buruk pasti ada.

Barangkali dari si dia, barangkali juga dari kita, tetapi kita harus cermat mengimbangkannya agar jodoh berkelanjutan ke hari tua.

Untuk yang sedang galak bercinta dengan pria permata jiwa tetapi menerima tantangan keluarga dua pihak, jika Anda pikir Anda tidak mungkin mampu hidup bahagia tanpa restu orang tua, maka ada baiknya Anda menyerah saja.

Meskipun tidak saling memiliki, dan cinta tidak juga diwali dan dinikahi, Anda dan dia tetap pengantin di dalam jiwa.

Barangkali inilah saatnya Anda menemukan saja pria lain untuk dibawa pulang menemui orang tua.

Dan semoga pria yang dipilih, melaksanakan kewajiban dan melunasi hak suami istri.

Wanita, kita diciptakan dengan kemuliaan syahadah. Karena benih seorang pria, kita ini tersenyawa, dikaruniai energi sehingga kita mampu menyibak jalan keluar dari rahim ibu untuk melihat dunia.

Karena benih seorang pria, kita ini ditiupkan jiwa, menjadi manusia, dan menemukan seorang pria untuk dicintai, sebagaimana ibu terinspirasi Tuhan untuk berkasih sayang dengan bapak.

Dan karena Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, kita wanita, kita ini diciptakan dari lengkungan rusuk kiri pria, tidak terlalu gagah sehingga mengenepi kodrat pria, tidak juga terlalu lemah sehingga jatuh menyembah kaki.

Tetapi karena ciptaan Tuhan itu indah, kita terbit dari rusuk pria, bukan dekat kepala untuk dijunjungi, bukan dekat bahu untuk membebani, bukan dekat lengan untuk dijulangi, bukan dekat jari untuk disakiti, bukan dekat pinggul untuk dihenyaki, bukan dekat lutut untuk ditindihi, bukan dekat kaki untuk ditunggangi, tapi dekat pelosok hati untuk dimulia, disayangi dan dicintai.

Andai pria itu burung yang terbang, kita adalah angin lembut yang bersisir-sisiran sepanjang perjalanannya.

Tetapi karena fitrah kejadian Tuhan wanita itu kebergantungan hidupnya harus saja diserahkan kepada seorang pria yang bisa melindungi, maka kita pun tidak selamanya mau menjadi angin semata.

Kita mau menjadi bunga, menghias sayapnya. Kita mau terus bersama-sama, terbang dari rendah perkebunan bunga hingga ke sayup langit terbuka, sehingga jalannya yang paling ujung, sehingga kita tua, rapuh dan mati.

Smber: http://www.kucoba.com/2011/11/mengapa-wanita-memerlukan-pria.html
Share:

Temukan Kami di Facebook

Dapatkan Tips-Tips Cinta Terbaru Hanya di TIPS PERCINTAAN !! Jangan Lupa Klik Tombol LIKE nya Yaa..

Daftar Artikel Tips Cinta

Statistik Pengunjung